Berikut adalah artikel IPS anak SMKN 1 (tiiiiiiiiiiiit) yang sering di sebut SMEA,
langsung aja ya semoga artikel ini dapat membantu anda dalam menyelesaikan tugas.
TUGAS
I P S
FAKTOR PENYEBAB KONFLIK
Di
Susun
O
L
E
H
Kelompok
5 :
Nama :
1)
Winarsih
2)
Ida Ayu Ketut Satika
3)
Ririn Julaida
4)
Ade Purnama Ayu
SMKN 1 KALIANDA LAMPUNG
SELATAN
TAHUN PELAJARAN
2013/2014
Faktor-Faktor Penyebab Konflik Sosial
Banyak orang
berpendapat bahwa konflik terjadi karena adanya perebutan sesuatu yang
jumlahnya terbatas. Adapula yang berpendapat bahwa konflik muncul karena adanya
ketimpangan-ketimpangan dalam masyarakat, terutama antara kelas atas dan kelas
bawah. Selain itu juga karena adanya perbedaan-perbedaan kepentingan,
kebutuhan, dan tujuan dari masing masing anggota masyarakat. Sementara itu, Soerjono
Soekanto mengemukakan bahwa sebab sebab terjadinya konflik antara lain
sebagai berikut.
1. Perbedaan
Antar Perorangan
Perbedaan ini dapat
berupa perbedaan perasaan, pendirian, atau pendapat. Hal ini mengingat bahwa
manusia adalah individu yang unik atau istimewa, karena tidak pernah ada
kesamaan yang baku antara yang satu dengan yang lain.
Perbedaan-perbedaan
inilah yang dapat menjadi salah satu penyebab terjadinya konflik sosial, sebab
dalam menjalani sebuah pola interaksi sosial, tidak mungkin seseorang akan
selalu sejalan dengan individu yang lain. Misalnya dalam suatu diskusi kelas,
kamu bersama kelompokmu kebetulan sebagai penyaji makalah. Pada satu
kesempatan, ada temanmu yang mencoba untuk mengacaukan jalannya diskusi dengan
menanyakan hal-hal yang sebetulnya tidak perlu dibahas dalam diskusi tersebut.
Kamu yang bertindak selaku moderator melakukan interupsi dan mencoba meluruskan
pertanyaan untuk kembali ke permasalahan pokok. Namun temanmu (si penanya) tadi
menganggap kelompokmu payah dan tidak siap untuk menjawab pertanyaan. Perbedaan
pandangan dan pendirian tersebut akan menimbulkan perasaan amarah dan benci yang
apabila tidak ada kontrol terhadap emosional kelompok akan terjadi konflik.
2. Perbedaan
Kebudayaan
Perbedaan kebudayaan
mempengaruhi pola pemikiran dan tingkah laku perseorangan dalam kelompok
kebudayaan yang bersangkutan. Selain perbedaan dalam tataran individual,
kebudayaan dalam masing-masing kelompok juga tidak sama. Setiap individu
dibesarkan dalam lingkungan kebudayaan yang berbeda-beda. Dalam lingkungan
kelompok masyarakat yang samapun tidak menutup kemungkinan akan terjadi
perbedaan kebudayaan, karena kebudayaan lingkungan keluarga yang membesarkannya
tidak sama. Yang jelas, dalam tataran kebudayaan ini akan terjadi perbedaan
nilai dan norma yang ada dalam lingkungan masyarakat. Ukuran yang dipakai oleh
satu kelompok atau masyarakat tidak akan sama dengan yang dipakai oleh kelompok
atau masyarakat lain. Apabila tidak terdapat rasa saling pengertian dan
menghormati perbedaan tersebut, tidak menutup kemungkinan faktor ini akan
menimbulkan terjadinya konflik sosial. Contohnya seseorang yang dibesarkan pada
lingkungan kebudayaan yang bersifat individualis dihadapkan pada pergaulan
kelompok yang bersifat sosial. Dia akan mengalami kesulitan apabila suatu saat
ia ditunjuk selaku pembuat kebijakan kelompok. Ada kecenderungan dia akan
melakukan pemaksaan kehendak sehingga kebijakan yang diambil hanya
menguntungkan satu pihak saja. Kebijakan semacam ini akan di tentang oleh
kelompok besar dan yang pasti kebijakan tersebut tidak akan diterima sebagai
kesepakatan bersama. Padahal dalam kelompok harus mengedepankan kepentingan
bersama. Di sinilah letak timbulnya pertentangan yang disebabkan perbedaan
kebudayaan.
Contoh lainnya adalah
seseorang yang berasal dari etnis A yang memiliki kebudayaan A, pindah ke
wilayah B dengan kebudayaan B. Jika orang tersebut tetap membawa kebudayaan
asal dengan konservatif, tentu saja ia tidak akan diterima dengan baik di
wilayah barunya. Dengan kata lain meskipun orang tersebut memiliki pengaruh
yang kuat, alangkah lebih baik jika tetap melakukan penyesuaian terhadap
kebudayaan tempat tinggalnya yang baru.
3. Bentrokan
Kepentingan
Bentrokan kepentingan
dapat terjadi di bidang ekonomi, politik, dan sebagainya. Hal ini karena setiap
individu memiliki kebutuhan dan kepentingan yang berbeda dalam melihat atau
mengerjakan sesuatu. Demikian pula halnya dengan suatu kelompok tentu juga akan
memiliki kebutuhan dan kepentingan yang tidak sama dengan kelompok lain.
Misalnya kebijakan mengirimkan pemenang Putri Indonesia untuk mengikuti kontes
‘Ratu Sejagat’ atau ‘Miss Universe’. Dalam hal ini pemerintah menyetujui
pengiriman tersebut, karena dipandang sebagai kepentingan untuk promosi
kepariwisataan dan kebudayaan. Di sisi lain kaum agamis menolak pengiriman itu
karena dipandang bertentangan dengan norma atau adat ketimuran (bangsa
Indonesia). Bangsa Indonesia yang selama ini dianggap sebagai suatu bangsa yang
menjunjung tinggi budaya timur yang santun, justru merelakan wakilnya untuk
mengikuti kontes yang ternyata di dalamnya ada salah satu persyaratan yang
mengharuskan untuk berfoto menggunakan swim suit (pakaian untuk berenang).
4. Perubahan
Sosial yang Terlalu Cepat di dalam Masyarakat
Perubahan tersebut
dapat menyebabkan terjadinya disorganisasi dan perbedaan pendirian mengenai
reorganisasi dari sistem nilai yang baru. Perubahan-perubahan yang terjadi
secara cepat dan mendadak akan membuat keguncangan proses-prosessosial di dalam
masyarakat, bahkan akan terjadi upaya penolakan terhadap semua bentuk perubahan
karena dianggap mengacaukan tatanan kehidupan masyarakat yang telah ada.
Sebenarnya perubahan adalah sesuatu yang wajar terjadi, namun jika terjadinya
secara cepat akan menyebabkan gejolak sosial, karena adanya ketidaksiapan dan
keterkejutan masyarakat, yang pada akhirnya akan menyebabkan terjadinya konflik
sosial.
Contohnya kenaikan BBM,
termasuk perubahan yang begitu cepat. Masyarakat banyak yang kurang siap dan
kemudian menimbulkan aksi penolakan terhadap perubahan tersebut.
Selain yang disebutkan
di atas, proses sosial dalam masyarakat ada juga yang menyebabkan atau
berpeluang menimbulkan konflik adalah persaingan dankontravensi.
1.
Persaingan (Competition)
Dalam persaingan
individu atau kelompok berusaha mencari keuntungan melalui bidang-bidang
kehidupan yang pada suatu masa tertentu menjadi pusat perhatian umum. Cara yang
dilakukan untuk mencapai tujuan itu adalah dengan menarik perhatian atau
mempertajam prasangka yang telah ada tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan.
Jika dikelompokkan, ada
dua macam persaingan, yaitu persaingan yang bersifat pribadi dan tidak pribadi
atau kelompok. Persaingan pribadi merupakan persaingan yang dilakukan orang per
orang atau individu untuk memperoleh kedudukan dalam organisasi. Persaingan
kelompok, misalnya terjadi antara dua macam perusahaan dengan produk yang sama
untuk memperebutkan pasar di suatu wilayah.
Persaingan pribadi dan
kelompok menghasilkan beberapa bentuk persaingan, antara lain persaingan di
bidang ekonomi, kebudayaan, kedudukan dan peranan, dan persaingan ras.
a.
Persaingan di Bidang Kebudayaan
Persaingan di bidang
kebudayaan merupakan persaingan antara dua kebudayaan untuk memperebutkan
pengaruh di suatu wilayah. Persaingan kebudayaan misalnya terjadi antara
kebudayaan pendatang dengan kebudayaan penduduk asli. Bangsa pendatang akan
berusaha agar kebudayaannya dipakai di wilayah di mana ia datang. Begitu pula
sebaliknya, penduduk asli akan berusaha agar bangsa pendatang menggunakan
kebudayaannya dalam kehidupan.
b.
Persaingan Kedudukan dan Peranan
Apabila dalam diri
seseorang atau kelompok terdapat keinginan-keinginan untuk diakui sebagai orang
atau kelompok yang mempunyai kedudukan dan peranan terpandang maka terjadilah
persaingan. Kedudukan dan peranan yang dikejar tergantung pada apa yang paling
dihargai oleh masyarakat pada suatu masa tertentu.
c.
Persaingan Ras
Persaingan ras
sebenarnya juga merupakan persaingan di bidang kebudayaan. Perbedaan ras baik
perbedaan warna kulit, bentuk tubuh, maupun corak rambut hanya merupakan suatu
perlambang kesadaran dan sikap atau perbedaan-perbedaan dalam kebudayaan.
Persaingan dalam batas-batas tertentu memiliki fungsi. Berikut ini adalah
beberapa fungsi persaingan:
1) alat
untuk mengadakan seleksi atas dasar jenis kelamin dan sosial;
2) menyalurkan
keinginan individu atau kelompok yang bersifat kompetitif;
3) jalan
untuk menyalurkan keinginan, kepentingan, serta nilai-nilai yang pada suatu
masa tertentu menjadi pusat perhatian sehingga tersalurkan dengan baik oleh
mereka yang bersaing;
4) alat
untuk menyaring para warga golongan fungsional sehingga menghasilkan pembagian
kerja yang efektif.
Persaingan dalam segala
bentuknya akan menghasilkan hal-hal yang bersifat positif maupun negatif.
Hal-hal positif yang dihasilkan dengan adanya persaingan, antara lain makin
kuatnya solidaritas kelompok, dicapainya kemajuan, dan terbentuknya kepribadian
seseorang.
a. Makin
Kuatnya Solidaritas Kelompok
Persaingan yang
dilakukan dengan jujur akan menyebabkan individu saling menyesuaikan diri dalam
hubungan sosialnya. Dengan demikian, keserasian dalam kelompok akan tercapai.
Hal itu bisa tercapai apabila persaingan dilakukan dengan jujur.
b. Dicapainya
Kemajuan
Persaingan akan lebih
banyak dijumpai pada masyarakat yang maju dan berkembang pesat. Untuk itu,
individu yang berada dalam masyarakat tersebut harus mampu menyesuaikan diri
dengan keadaan tersebut. Persaingan akan menyebabkan seseorang terdorong untuk
bekerja keras supaya dapat berperan dalam masyarakat.
c. Terbentuknya
Kepribadian Seseorang
Persaingan yang
dilakukan dengan jujur dapat menimbulkan tumbuhnya rasa sosial dalam diri
seseorang. Namun sebaliknya, persaingan juga bisa menimbulkan hal yang negatif,
yaitu terciptanya disorganisasi. Adanya disorganisasi karena masyarakat hampir
tidak diberi kesempatan untuk menyesuaikan diri dan melakukan reorganisasi saat
terjadi perubahan. Hal itu disebabkan karena perubahan yang terjadi bersifat
cepat atau revolusi.
2.
Kontravensi
Kontravensi berasal
dari bahasa Latin, contra dan venire yang berarti menghalangi atau menantang.
Kontravensi merupakan usaha untuk menghalang-halangi pihak lain dalam mencapai
tujuan. Tujuan utama tindakan dalam kontravensi adalah menggagalkan tercapainya
tujuan pihak lain. Hal itu dilakukan karena rasa tidak senang atas keberhasilan
pihak lain yang dirasa merugikan. Namun demikian, dalam kontravensi tidak ada
maksud untuk menghancurkan pihak lain.
Menurut Leopold von
Wiese dan Howard Becker ada lima macam bentuk kontravensi.
1.
Kontravensi umum, antara lain dilakukan dengan penolakan, keengganan,
perlawanan, perbuatan menghalanghalangi, protes, gangguan-gangguan, dan
kekerasan.
2.
Kontravensi sederhana, antara lain dilakukan dengan menyangkal pernyataan pihak
lain di depan umum, memakimaki orang lain melalui selebaran, mencerca, dan
memfitnah.
3.
Kontravensi intensif, antara lain dilakukan dengan menghasut, menyebarkan
desas-desus, dan mengecewakan pihak lain.
4.
Kontravensi rahasia, antara lain dilakukan dengan pengkhianatan dan mengumumkan
rahasia pihak lain.
5.
Kontravensi taktis, antara lain dilakukan dengan mengejutkan lawan dan
mengganggu pihak lain.
DAFTAR
PUSTAKA
Hari :
Rabu
Tgl/bln/tahun :
21 Agustus 2013
Waktu : 00:10 AM
Untuk yang males Copas atau takut filenya acak-acakan
silahkan untuk download via 4shared
Donload : TUGAS IPS
NB: tunggu selama 5 detik lalu klik "SKIP AD" yang ada di pojok kanan atas.
Lebih dan kurangnya saya ucapkan Terimakasih..
Artikel Faktor Penyebab Konflik
Reviewed by 19 dtk
on
4:20 PM
Rating:
No comments:
Post a Comment